Masa remaja memang merupakan fasa yang unik penuh kesan. Banyak suka duka, cerita, dan juga kebingungan yang dialami pada masa ini. Sebenarnya, apa sih pengertian remaja itu? Masalah apa saja yang cenderung dialami oleh remaja putra atau putri?
Artikel kali ini akan membahas seluk beluk tentang remaja. Mulai dari pengertiannya secara umum, fase pertumbuhan, sampai kenakalan remaja dan faktor yang melatarbelakanginya. Daripada makin penasaran, yuk langsung disimak pembahasannya berikut!
Pengertian Remaja
Menurut KBBI, pengertian remaja adalah muda, mulai dewasa. Secara umum, masa remaja diartikan sebagai masa antara 12-18 tahun dalam proses pertumbuhan seorang individu sesudah meninggalkan masa anak-anak menjelang masa dewasa, tetapi belum mencapai kematangan jiwa, atau masa puber.
Pengertian Remaja Menurut Para Ahli
Kata remaja memiliki berbagai definisi. Semua definisi tersebut berdasarkan hasil pengamatan dan keilmuan dari para pakar dan pemerhati remaja, khususnya menurut ahli psikologi. Berikut ini adalah beberapa pengertian remaja menurut beberapa ahli :
1. Santrock
Menurut Santrock, pengertian remaja adalah masa perkembangan transisi antara masa anak-anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosio-emosional.
Remaja dalam bahasa Inggris disebut dengan adolescence, berasal dari kata Latin adolescere yang berarti tumbuh ke arah kematangan.
2. Hurlock
Tahap perkembangan antara masa anak-anak dan masa dewasa yang ditandai oleh perubahan fisik umum serta perkembangan kognitif dan sosial merupakan pengertian remaja menurut Hurlock.
Berdasarkan pendapat beliau, masa remaja dimulai pada saat anak secara seksual menjadi matang dan berakhir saat ia mencapai usia matang secara hukum.
3. WHO
Menurut WHO, pengertian remaja merupakan mereka yang berada pada tahap transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa. Usia remaja menurut WHO berkisar antara 12 sampai 24 tahun.
Secara konseptual, WHO juga memberikan definisi remaja dalam tiga kriteria, yaitu biologis, psikologis, dan sosial ekonomi.
Secara biologis, remaja adalah suatu masa ketika individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda sekundernya sampai saat mencapai kematangan seksual.
Sementara secara psikologis, remaja adalah masa ketika individu mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari masa kanak-kanak menjadi dewasa.
Dari sisi sosial ekonomi, remaja merupakan masa ketika terjadi peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi secara penuh kepada keadaan yang lebih mandiri.
4. Papalia dan Olds
Papalia dan Olds tidak memberikan pengertian remaja secara eksplisit melainkan secara implisit melalui pengertian masa remaja.
Menurut Papalia dan Olds, masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan dewasa yang pada umumnya dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal dua puluh tahun.
Baca Juga: 7 Teori Pengertian Sampah dan Jenisnya (Juga Pengelolaannya)
5. Lerner dan Spanier
Lerner dan Spanier menyatakan bahwa pengertian remaja adalah periode dalam rentang kehidupan dimana sebagian besar secara biologis, psikologis, dan sosial seseorang berubah dari apa yang tadinya seperti anak-anak menjadi seperti orang dewasa.
Karena berada diantara dua fase yang berbeda secara signifikan, remaja sering dikaitkan dengan proses pencarian jati diri dan merupakan masa yang tidak mudah bagi setiap orang.
6. Kusmiran
Menurut Kusmiran, pengertian remaja adalah masa yang penting dalam perjalanan kehidupan manusia. Masa remaja ini merupakan jembatan antara masa kanak-kanak yang bebas menuju masa dewasa yang menuntut tanggung jawab.
Remaja merupakan fase yang sangat krusial, dimana seseorang belajar untuk mengenalinya secara fisik, emosional, maupun sosial sehingga faktor psikologis tentunya sangat perlu diperhatikan.
7. Sarwono
Sarwono berpendapat bahwa seringkali orang dengan mudah mendefinisikan remaja sebagai periode transisi antara masa kanak-kanak ke masa dewasa, atau seseorang yang menunjukkan tingkah laku tertentu seperti sulit diatur, mudah terangsang, dan sebagainya.
Padahal sebenarnya tidak mudah menjelaskan pengertian remaja, karena bukan hanya usia yang perlu dipertimbangkan, tapi juga pengaruh sosiohistoris. Sosiohistoris sendiri adalah sejarah sosial yang mempelajari hubungan antar manusia.
Fase pertumbuhan remaja
Menurut Desmita, rentang masa remaja dibedakan menjadi 3, yaitu usia 12-15 tahun (masa remaja awal), 15-18 tahun (masa remaja pertengahan), dan 18-21 tahun (masa remaja akhir). Secara sederhana, ciri-ciri dari tiap tahap perkembangan dan pertumbuhan tersebut adalah sebagai berikut :
1. Remaja awal (early adolescence)
Pada tahap ini, remaja masih terheran-heran dengan perubahan yang terjadi pada tubuhnya dan dorongan yang menyertai perubahan tersebut. Mereka cenderung mengembangkan pikiran-pikiran baru, cepat tertarik pada lawan jenis, serta mudah terangsang secara erotik.
Pada usia ini (12-15 tahun), kepekaan ego menyebabkan para remaja awal sulit dimengerti oleh orang dewasa.
2. Remaja madya (middle adolescence)
Remaja madya memiliki kecenderungan untuk membutuhkan teman. Mereka sangat senang memiliki pengakuan dari teman sebayanya. Kecenderungan untuk bersikap cinta diri atau narsistik serta menyukai teman yang sepemahaman adalah ciri yang dominan pada tahap ini.
Remaja madya juga berada dalam kondisi kebingungan dalam pengambilan keputusan. Mereka tidak tahu memilih yang mana peka atau tidak peduli, ramai-ramai atau sendiri, optimistis atau pesimistis, idealis atau materialis, dan sebagainya.
Satu hal yang berbeda antara remaja putra dan putri terletak pada kenyataan bahwa remaja putra harus membebaskan diri dari oedipus complex. Rasa cinta pada ibu sebagai anak-anak harus ditinggalkan untuk mempererat hubungannya dengan kawan-kawan.
3. Remaja akhir (late adolescence)
Masa remaja akhir merupakan tahap konsolidasi menuju periode dewasa yang ditandai dengan pencapaian dalam 5 hal, yaitu :
- Minat yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek
- Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang lain dan dalam pengalaman-pengalaman baru
- Memiliki identitas seksual yang tidak berubah lagi
- Egosentrisme berubah menjadi keseimbangan antara kepentingan diri sendiri dan orang lain
- Tumbuh “dinding” yang memisahkan diri pribadinya (private self) dan masyarakat umum
Pelajari Juga: Pengertian Seni Secara Umum dan Menurut Para Ahli
Jenis kenakalan remaja
Dalam konsep psikologi, istilah kenakalan remaja dikenal sebagai juvenile delinquency. Ilmuan sosiologi Kartono mendefinisikan juvenile delinquency sebagai gejala patologis pada remaja yang disebabkan oleh satu bentuk pengabaian sosial sehingga mengembangkan tingkah laku yang menyimpang.
Beberapa jenis kenakalan remaja menurut Kartono antara lain:
1. Kenakalan terisolir (delinkuensi terisolir)
Bentuk kenakalan remaja satu ini merupakan yang paling banyak dialami remaja pada umumnya. Tidak ada kerusakan psikologis yang dialami oleh pelakunya. Faktor-faktor yang mempengaruhi perbuatan kenakalan ini antara lain :
- Keinginan meniru ataupun kebutuhan penerimaan dari rekan sepergaulannya.
- Pengaruh lingkungan asalnya, misalnya daerah kota transisional yang sifatnya memiliki subkultur kriminal. Sejak kecil remaja sering melihat kelompok (geng) kriminal, sampai ia memiliki keinginan bergabung untuk mendapat pengakuan atau prestise tertentu.
- Remaja berasal dari keluarga yang tidak harmonis dan mengalami banyak frustasi. Sebagai jalan keluar, remaja memuaskan kebutuhan dasarnya ditengah lingkungan kriminal sebagai alternatif yang dianggap menyenangkan.
- Remaja dibesarkan dalam keluarga tanpa atau sedikit sekali supervisi dan latihan kedisiplinan. Sebagai akibatnya, remaja tidak sanggup untuk menginternalisasikan norma hidup normal.
Paling sedikit 60% dari kenakalan remaja dengan delinkuensi terisolir menghentikan perilakunya pada usia 21-23 tahun. Hal ini dipengaruhi proses pendewasaan diri dan kesadaran akan tanggung jawab sebagai orang dewasa dengan peran sosial yang baru.
2. Kenakalan neurotik (delinkuensi neurotik)
Remaja dengan kenakalan tipe ini menderita gangguan kejiwaan yang cukup serius, antara lain kecemasan, perasaan tidak aman, rasa bersalah, dan lain sebagainya. Ciri-ciri delinkuensi neurotik antara lain :
- Kenakalan bersumber dari sebab-sebab psikologis yang sangat dalam, bukan adaptasi pasif sebagai bentuk penerimaan norma dan nilai subkultur kelompok kriminal.
- Merupakan ekspresi dari konflik batin yang belum terselesaikan, dan perilaku jahat menjadi sarana pelepas ketakutan dan kebingungan batinnya.
- Kejahatan biasanya dilakukan seorang diri dan mempraktekkan jenis kejahatan tertentu.
- Remaja nakal biasanya berasal dari kalangan menengah, namun umumnya keluarga banyak mengalami ketegangan emosional, dan orangtua biasanya juga neurotik dan psikotik.
- Remaja memiliki ego yang lemah dan cenderung mengisolasi diri dari lingkungan.
3. Kenakalan psikotik (delinkuensi psikopatik)
Dibanding dengan jenis kenakalan remaja lainnya, tidak banyak yang mengalami delinkuensi psikopatik. Meski demikian, bentuk kenakalan remaja satu ini justru yang paling berbahaya dan mengarah pada kejahatan kriminal. Ciri-ciri dari kenakalan remaja satu ini antara lain :
- Remaja kebanyakan berasal dan dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang ekstrim, brutal, diliputi banyak pertikaian, dan berdisiplin keras namun tidak konsisten. Hal ini menyebabkan mereka tidak mempunyai kapasitas untuk menumbuhkan afeksi.
- Remaja tidak mampu menyadari arti rasa bersalah, berdosa, atau melakukan pelanggaran.
- Bentuk kejahatan majemuk, tergantung suasana hatinya yang tidak dapat diduga. Remaja dengan delinkuensi psikopatik umumnya sangat agresif dan impulsif. Remaja dengan kenakalan jenis ini seringkali sulit diperbaiki setelah menjadi residivis.
- Remaja gagal menyadari dan menginternalisasikan norma-norma sosial yang berlaku, dan bahkan tidak peduli terhadap norma subkultur kelompoknya sendiri.
- Kebanyakan dari remaja dengan delinkuensi psikopatik juga menderita gangguan neurologis, sehingga kemampuannya mengendalikan diri sendiri sangat kurang. Mereka cenderung egois, anti sosial, kasar, dan sadis terhadap siapapun dengan tanpa sebab.
4. Kenakalan defek moral ( delinkuensi defek moral)
Defek berasal dari kata defect atau defectus yang artinya rusak atau cacat. Remaja dengan delinkuensi defek moral memiliki ciri-ciri selalu melakukan tindakan anti sosial. Walaupun dalam dirinya tidak terdapat penyimpangan, namun terdapat disfungsi pada intelegensinya.
Remaja dengan bentuk kenakalan satu ini tidak dapat memahami tingkah lakunya yang jahat, serta tidak mampu mengendalikannya. Dalam diri mereka, terdapat kemiskinan afektif dan sterilitas emosional. Rasa kemanusiaan mereka sangat terganggu.
Penyebab kenakalan remaja
Dalam jurnal yang ditulis oleh Ali dan Asrori (2012), terdapat beberapa faktor yang menyebabkan kenakalan remaja. Faktor-faktor tersebut antara lain :
1. Rational choice
Teori ini mengutamakan faktor individu dibanding faktor lingkungan. Kenakalan remaja yang dilakukannya adalah atas pilihan, interes, dan kemauannya sendiri.
Masyarakat Indonesia banyak yang mempercayai teori ini, misalnya kenakalan remaja dianggap sebagai bentuk keimanan yang lemah sehingga anak dimasukkan ke sekolah agama. Yang lain menganggap remaja yang nakal kurang karena kurang disiplin sehingga diberi latihan kemiliteran.
2. Social disorganization
Dalam faktor social disorganization, penyebab kenakalan remaja dianggap berasal dari berkurangnya atau hilangnya pranata masyarakat yang selama ini menjaga keseimbangan dan harmoni dalam masyarakat.
Kurangnya perhatian dari orangtua dan guru menyebabkan berkurangnya fungsi keluarga dan sekolah sebagai pranata control.
3. Strain
Teori satu ini dikemukakan oleh Merton. Menurutnya, tekanan yang besar dalam masyarakat, seperti kemiskinan dapat menjadi salah satu penyebab sebagian anggota masyarakat memilih jalan rebellion dan melakukan kejahatan atau kenakalan remaja.
4. Differential association
Teori ini berpendapat bahwa kenakalan remaja disebabkan oleh salah pergaulan. Anak dapat menjadi nakal karena bergaul dengan anak yang juga nakal. Burung yang sejenis terbang bersamaan, begitu peribahasanya.
5. Labelling
Labelling merupakan bentuk tanggapan seseorang tentang sesuatu secara subjektif, misalnya mencap seorang remaja sebagai anak yang nakal tanpa bukti yang jelas. Kebiasaan seperti masih melekat sangat kuat dalam kehidupan masyarakat kita.
Labelling dapat menyebabkan anak menerima label yang melekat pada dirinya dan berakhir pada pembentukan karakter sesuai gambaran orang lain tersebut.
Baca Juga: Pengertian Sistem Secara Umum dan Menurut Para Ahli
Cara Mengatasi Kenakalan Remaja
Mu’awanah dalam buku Bimbingan Konseling Islam (2012) mengelompokkan tindakan penanggulangan kenakalan remaja kedalam dua kelompok, yakni :
1. Tindakan represif
Tindakan ini merupakan tindakan untuk menindas dan menekan kenakalan remaja seringan mungkin atau menghalangi timbulnya kenakalan remaja yang lebih hebat. Tindakan represif dapat berupa hukuman yang diterapkan agar remaja tidak mengulangi perbuatannya.
Untuk menindak pelanggaran norma-norma sosial dan moral dapat dilakukan dengan mengadakan hukuman yang menghasilkan “efek jera” terhadap setiap bentuk pelanggaran.
Contoh tindakan represif antara lain :
- Adanya semacam hukuman yang dibuat oleh orangtua terhadap pelanggaran tata tertib dan tata cara keluarga. Pelaksanaan tata tertib harus konsisten, hak dan kewajiban anggota keluarga akan mengalami perubahan sesuai perkembangan dan umurnya.
- Di masyarakat, pelaksanaan hukuman terletak pada kesepakatan yang sudah ditetapkan. Bisa juga menggunakan adat istiadat yang sudah menjadi hukum di masyarakat. Jika remaja melakukan kesalahan maka harus dikenai sanksi sebagai upaya represif.
2. Tindakan kuratif dan rehabilitasi
Tindakan kuratif merupakan usaha pencegahan terhadap gejala-gejala kenakalan yang dilakukan, agar tidak menyebar luas dan merugikan masyarakat.
Tindakan ini dilakukan setelah tindakan pencegahan lain dilaksanakan dan dianggap perlu mengubah tingkah laku remaja itu dengan memberikan pendidikan lagi. Pendidikan diulangi melalui pembinaan khusus yang sering ditangani oleh lembaga khusus atau perorangan yang ahli.
Yang termasuk kedalam tindakan kuratif dan rehabilitasi antara lain :
- Kegagalan mencapai identitas peran bisa diatasi dengan prinsip keteladanan. Remaja harus mendapatkan sebanyak mungkin figur orang dewasa yang telah melampaui masa remajanya dengan baik dan mereka yang berhasil memperbaiki diri.
- Remaja menyalurkan energinya dalam berbagai kegiatan positif.
- Adanya motivasi dari keluarga, guru, dan teman sebaya.
- Remaja membentuk ketahanan diri agar tidak mudah terpengaruh jika ternyata teman sebaya atau komunitas yang ada tidak sesuai dengan harapan.
- Melakukan perubahan lingkungan dengan cara mencarikan orang tua angkat atau asuh dan memberikan fasilitas yang diperlukan bagi perkembangan jasmani dan rohani yang sehat bagi remaja.
- Memindahkan anak-anak nakal ke sekolah atau lingkungan sosial yang baik.
Lihat Juga: Pengertian Strategi Secara Umum dan Menurut Para Ahli
Demikianlah sedkit penjelasan mengenai pengertian remaja menurut para ahli beserta fase pertumbuhan, jenis kenakalan, dan cara penanganan kenakalan remaja, dengan sumber yang diambil dari berbagai jurnal, makalah, dan buku psikologi. Semoga bermanfaat ya!
Leave a Reply