Bali merupakan provinsi di Indonesia yang sangat terkenal akan pariwisatanya meliputi pantai dan perbukitan yang indah namun tak kalah menarik dari itu, Bali memiliki kebudayaan yang sangat khas seperti tarian kecak dan rumah adat Bali yang selalu menjadi perhatian.
Selain budaya dan sejarah yang kental, bangunan megah nan tradisional dengan segala filosofisnya yang sangat erat serta keterlibatan kepercayaan agama Hindu menambah pesona rumah adat yang berada di Pulau Dewata ini.
Meskipun selalu menjadi tujuan wisata baik domestik hingga mancanegara, hal itu tak merubah sedikitpun nilai leluhur budayanya lho!
Menariknya saking banyaknya bangunan dirumah ini, semua bangunan memiliki nama yang berbeda pula mulai dari bale dangin hingga bale delod. Yuk informasi menarik tentang rumah adat ini tradisional bali dibawah ini.
Rumah Adat Bali
Tidak berbeda dengan rumah adat lainnya di nusantara, rumah adat ini juga memiliki nilai filosofi yang tinggi, apalagi dibangun berdasarkan pedoman khusus dalam mendesainnya baik konstruksi ataupun letaknya yang sesuai dengan ketentuan agama setempat guys.
Menurut sejarah, di Bali ada dua suku yang paling penting adalah Suku Bali Aga di Kintamani dan Karangasem. Kemudian ada Suku Bali Majapahit ketiga suku inilah yang mempengaruhi bentuk bangunan adatnya.
Oh iya sob, ternyata terdapat dua bagian dalam rumah adat yaitu Gapura Candi Bentar sebagai gerbang untuk rumah adat dan rumah biasa sebagai hunian.
Arsitektur Rumah Adat Bali
Bukan hanya di Bali, kalian bisa temui rumah tradisional ini dimana-mana ya guys, kok bisa ya? Yaps saking kerennya sekarang banyak orang yang membangun rumah modern dengan konsep rumah Bali.
Desain rumah terdiri dari bebatuan yang disusun dan diukir untuk membentuk seorang religi berdasar senior. Terdapat patung dan ornament khas Bali sebagai simbol dari kepercayaan mayoritas masyarakat Bali.
Dengan arsitektur yang mewah dan unik atas simbol dari mikrokosmos semesta untuk tata letak dan hirarki ruang dalam rumah yang diwariskan secara turun temurun sampai sekarang.
Hal ini membuat adanya aturan khusus dalam membangun rumah adat ini sob, seperti letak bangunan, dimensi pekarangan, arah desain, konstruksi, dan struktur bangunan harus dibikin sesuai dengan ketentuan yang masih berlaku.
Lihat juga: Rumah Adat Lampung, Kemajuan Arsitektur Para Leluhur
Ciri Khas Rumah Adat Bali
Gapura Candi Bentar merupakan salah satu ciri utama rumah tradisional Bali yang paling mencolok, sebagai gerbang rumah-rumah Bali. Jadi setiap rumah adat ini pasti memiliki Gapura dengan bentuk simentri ini.
Rumah adat Bali adalah hunian masyarakat Bali yang dibuat kompleks, karena setiap bangunan memiliki fungsi masing-masing dan digabung dalam satu atap.
Selain itu ciri-ciri lainnya adalah adanya tumpukan bata pada rumah golongan bangsawan dan tanah liat untuk masyarakat suku Bali biasa, sehingga rumah adat ini juga menjadi simbol tingkat sosial dan ekonomi masyarakatnya.
Filosofi Rumah Adat Bali
Salah satu filosofi yang berlaku adalah rumah yang dibangun harus melambangkan kedinamisan dan keselarasan hidup.
Biasanya, penataan sudut rumah pada sudut timur dan utara rumah dijadikan tempat yang disucikan dan disakralkan. Sementara sudut selatan dan barat mempunyai tingkat kesucian yang kurang tinggi.
Hal ini selalu membuat orang menemukan tempat beribadah pada sudut utara atau timur, dan untuk kamar mandi, buang air dan penjemuran ada di bagian barat dan selatan.
Selain itu bangunan dianggap keramat atau suci akan dihadapkan ke arah gunung. Karena gunung adalah benda keramat. Arah ini disebut dengan istilah Kaja. Sedangkan sebaliknya akan dihadapkan ke arah laut atau sering disebut Kelod.
Bagian dan Fungsi Rumah Adat
Jika dilihat secara simpel, desain rumah Bali terlihat seperti candi yang memiliki bagian-bagiannya terpisah. Tapi bagaimana jika secara detail? nah, pada pembahasan selanjutnya kita akan mengenal lebih dekat nama dari macam-macam bagian rumah adat ini.
1. Angkul Angkul Rumah Bali
Bagian depan rumah Bali disebut dengan angkul-angkul, pada umumnya bagian depan ini berbentuk seperti candi di sebelah kiri dan kanan. Pasti banyak sobat yang bertanya, apakah angkul-angkul ini sama dengan gapura candi bentar?
Jawabannya adalah hampir sama guys, sebetulnya sama-sama berfungsi sebagai pintu masuk utama menuju rumah. Namun yang membedakan adalah angkul-angkul memiliki atap yang menghubungkan keduanya.
Yang menarik adalah bahan atap angkul angkul rumah Bali berasal dari rumput kering. Tapi seiring perkembangan jaman kebanyakan diubah menggunakan genteng karena ketersediaan rumput kering yang sudah sulit ditemui saat ini.
2. Aling Aling Rumah Bali
Bagian selanjutnya dari rumah tradisional Bali adalah aling aling. Aling-aling adalah bagian dari bangunan rumah khas Bali yang berupa tembok sebagai pembatas atau sekat yang terbuat dari batu dengan tinggi sekitar 150 cm.
Aling aling rumah Bali juga disebut penyengker yang berfungsi untuk pembatas antara gerbang utama dengan halaman rumah yang sering disebut dengan tempat suci sebagai penangkis hal negatif dari luar plus memberi aura positif.
Fungsi lainnya dari ini yaitu memberikan privasi kepada penghuni rumah karena tamu yang masuk rumah khas Bali harus menyamping ke bagian kiri dan keluar menyamping ke kanan.
3. Bale Manten (Bale Daja)
Pernahkah kalian mendengar bahwa anak gadis di Bali tinggal dibangunan terpisah dengan keluarga lainnya?
Nama rumah ini disebut bala manten, bangunan dari rumah Bali ini dikhususkan untuk kepala keluarga atau anak perempuan (perawan). Selain kedua anggota keluarga ini tidak boleh menggunakan bangunan ini.
Terletak di sebelah utara dari bangunan utama dengan bentuk persegi panjang serta memiliki bale-bale pada bagian kanan maupun bagian kiri bangunannya.
Bale manten atau yang dikenal juga sebagai bae manten atau bale daja, juga menjadi bentuk perhatian keluarga terhadap anak perempuan ada di dalam keluarga rumah tersebut yang menjaga kesuciannya.
4. Bale Tiang Sanga atau Bale Dauh
Desain rumah ini berbentuk bangunan persegi panjang yang menggunakan tiang dari kayu dengan bahan bangunan berupa batu sob. Sebutannya berbeda-beda dari jumlah tiangnya. Bagaimana bisa?
Yap, ada sebutan khusus berdasarkan pedoman luhur, jadi jika tiang rumah adat ini berjumlah 6 disebut sakenem, 8 disebut sakutus/astasari, dan bila tiangnya berjumlah 9 disebut sangasari.
Terletak di zona bagian barat rumah (dauh natah umah) berfungsi sebagai tempat tidur bagi remaja laki-laki dan tempat penerimaan tamu. Ukuran, bale tiang sanga tidak jauh berbeda dengan bale manten. Bale tiang sanga juga memiliki bentuk persegi panjang.
5. Bale Sakepat
Nama rumah adat bali ini namanya bale sakepat. Bale sakepat terletak di bagian selatan, tempat ini dianggap sebagai gazebo masyarakat Bali. Bangunan ini memiliki 4 tiang minimalis persegi empat dan atapnya berbentuk pelana.
Seperti namanya, bale ini memiliki fungsi sebagai tempat bersantai bahkan tempat tidur anak. Jadi tempat ini biasa digunakan untuk seluruh anggota keluarga yang tinggal di rumah adat untuk bersantai ria.
6. Bale Dangin atau Bale Gede
Yang menarik dari bagian rumah adat ini, adanya tempat untuk membuat benda-benda seni bahkan merajut pakaian dan ukiran adat Bali. Letaknya di bagian timur (dangin natah umah).
Selain tempat berkreasi bale dangin berfungsi juga sebagai tempat untuk acara upacara adat dan juga digunakan sebagai tempat istirahat maupun tidur.
Bale dangin mempunyai tiang penyangga bangunan berjumlah 12 (saka roras) dan tiang kayu mempunyai sebutan lain tergantung banyaknya tiang, dengan bentuk persegi panjang atau persegi empat tergantung dari banyaknya tiang yang dipakai.
7. Pawaregen atau Pawon
Bagian berikutnya adalah paon atau pawaregan. Tidak berbeda dengan masyarakat di Jawa, pawon digunakan sebagai tempat untuk mengolah makanan, memasak dan tempat menyimpan alat-alat masak untuk penghuni rumah atau keluarga yang disediakan disana.
Letak pawon ini terletak disisi selatan atau barat daya dari bangunan utama rumah, terbagi menjadi 2 bagian, pertama area jalikan yaitu ruang terbuka untuk memasak, disini ada panggangan kayu api tradisional.
Sedangkan bagian kedua yaitu area daput, digunakan sebagai tempat penyimpanan makan dan alat-alat dapur seperti piring, gelas, serta alat memasak.
8. Lumbung (Klumpu atau Jineng)
Sama dengan rumah adat Aceh, rumah tradisional bali memiliki lumbung di rumahnya, sebagai tempat penyimpanan hasil panen padi, jagung dan lainnya.
Gabah biasanya disimpan di dua tempat berbeda, tergantung jenis gabahnya, disimpan dikolong untuk gabah yang masih basah dan diatas untuk gabah yang sudah kering agar gabah kering tidak kembali menjadi basah jika ditempatkan dikolong.
Bagian bawah dari bale ini di bentuk menyerupai bale bertujuan untuk tempat bersantai dan bercengkrama bersama keluarga. Rumah adat yang memiliki Jineng biasanya keluarga yang berprofesi sebagai tani sehingga memiliki hasil tani setiap tahun.
9. Bale Delod
Tidak semua orang mengenal bagian yang satu ini, padahal memiliki fungsi yang tidak kalah penting dengan bagian lain yang terdapat dalam rumah adat yang berasal Bali ini.
Namanya bale delod, pada umumnya ruangan bale delod digunakan sebagai tempat untuk menerima tamu yang berkunjung, atau dalam kata lain ruang tamu.
Tak cuma itu jika ada salah satu anggota keluarga yang meninggal maka kegiatan adat kematian dilakukan ditempat ini sebelum proses upacara adat ngaben.
Baca juga: Rumah Adat Riau, Rumah Panggung Khas Melayu
Keunikan
Tidak heran lagi rumah tradisional Bali mencerminkan nilai-nilai budaya dan agama Hindu, bukan sebatas itu saja rumah adat ini memiliki hal-hal yang menarik juga nih sob, penasaran apa saja yang keunikan rumah tradisional ini? Simak yuk ulasannya dibawah ini:
1. Adanya tempat ibadah didepan rumah
Tempat atau bangunan yang digunakan untuk beribadah tersebut oleh masyarakat sekitar disebut Sanggah dan Pamejaran, yang dipenuhi oleh berbagai ukiran serta ornament-ornament khas Bali.
Bangunan tersebut dipenuhi oleh berbagai sesaji yang diletakan di sana tiap harinya yang sebagai bentuk “Keyakinan” akan agama Hindu bagi masyarakat Bali.
Tempat ibadah ini biasanya ditempatkan didepan rumah. Salah satu falsafah yang dipegang kuat oleh masyarakat Bali adalah falsafah Asta Kosala Kosali.
Filsafah asta kosala kosali bermakna apa ya? falsafah ini bermakna untuk mengatur hidup masyarakat Bali tentang hubungannya dengan Tuhan, manusia lain serta dengan alam.
2. Menggunakan Arsitek khusus Undagi
Kalian tertarik untuk membuat rumah adat ini? Nah untuk membuat rumah tradisional ini terdapat arsitektur khusus disebut dengan undagi.
Apakah yang dimaksud dengan udagi? Undagi adalah sebutan untuk seniman khusus bali tradisional yang digunakan jasanya untuk membangun rumah Bali yang tradisional.
Seorang undagi tidak hanya membekali dirinya dengan ilmu rancang bangun, namun juga harus mempelajari serta memahami seni, budaya, adat dan agama.
Hal tersebut wajib dikuasai seorang undagi agar dalam proses perancangan dan penciptaan karya bangunan selaras dan sejalan dengan konsep Tri Hita Karana. Jadi, bukan saja soal Asta Kosala Kosali yang diperhatikan sob.
3. Tercantum dalam Kitab Suci Weda
Menurut sejarah rumah adat Bali tercantum dalam kitab suci Weda dimana menggambarkan rumah sebagai miniatur alam semesta yang menjadi tempat aktivitas manusia.
Terdapat aturan khusus dalam pembangunan rumah adat Bali, seperti arah, letak bangunan, dimensi pekarangan, struktur bangunan, serta konstruksi yang harus dibuat sesuai dengan ketentuan agama.
Salah satunya, membangun rumah adat Bali harus mengikuti panduan sudut secara khusus, yaitu harus berada di sudut utara dan timur, sebab dianggap lebih suci ketimbang sudut lainnya.
Simak juga: Rumah Adat Papua, Filosofi Istimewa di Ujung Timur Indonesia
4. Proses Nyiku Karang dan Nasarin dalam Pembangunan
Pembangunan rumah tradisional Bali melalui proses panjang dan tidak mudah. Tidak seperti pada umumnya, pembangunan rumah di Bali dianggap sakral.
Mulai dari pengukuran tanah atau yang disebut “nyiku karang”, nah selanjutnya adalah proses “caru pengerukan karang” atau ritual persembahan kurban untuk memohon izin pada leluhur atau nenek moyang untuk mendirikan rumah.
Selanjutnya dilakukan peletakan batu pertama “nasarin” dan pengerjaan untuk pembangunan rumah serta ditutup dengan upacara adat Bali syukuran saat pembangunan rumah sudah selesai.
5. Ukiran Tidak Dapat Dipasang Disembarang Sisi Bangunan
Sudah bukan rahasia lagi jika arsitektur rumah Bali penuh dengan hiasan. Ragam ukiran ini hanya ditempatkan pada tempat yang ditentukan.
Keketusan yaitu motif tumbuhan dengan lengkungan-lengkungan bunga besar dan daun lebar. Keketusan biasanya ditempatkan pada bidang yang luas.
Kekarangan yaitu macam pahatan dengan motif karangan seperti tumbuhan lebat dengan daun terurai ke bawah laiknya rumpun perdu. Hiasan ini dipahatkan di sudut batasan sebelah atas yang disebut dengan karang simbar dan di sendi tugek.
Sedangkan hiasan pepatran merupakan hiasan motif bunga-bungaan. Contohnya patra sari yang ditempatkan pada bidang sempit laiknya tiang-tiang dan blandar.
6. Memiliki 3 Aspek Penting (Palemahan, Pawongan, Parahiyangan)
Menurut filosofi masyarakat Bali, kedinamisan di dalam hidup akan tercapai bila ada hubungan yang harmonis antar manusia dengan tuhan dan lingkungan alam.
Sehingga untuk membangun rumah adat ini, diharuskan berdasarkan 3 aspek yakni aspek palemahan (arti: harus ada hubungan yang baik), pawongan (arti: penghuni rumah), serta parahyangan.
Hal tersebut menjadi kewajiban yang harus diterapkan dalam pembangunan rumah adat daerah bali yang dikenal dengan “Tri Hita Karana”.
Lihat juga: Rumah Adat Padang, Tahan Gempa Warisan Leluhur Minangkabau
Nah itulah informasi terkait dengan rumah Adat Bali meliputi ciri khas, filosofi bahkan 6 hal menarik serta keunikan yang dimiliki.
Bukan hanya unsur agama, sejarah rumah adat ini sangat khas akan budaya turun menurun yang sudah ada sejak jaman dahulu kala. Sungguh kearifan lokal yang wajib dilestarikan. Karna menjadi daya tarik sendiri bagi penikmatnya baik Lokal bahkan mancanegara.
Leave a Reply