Tidak pernah ada habisnya berbicara tentang perkembangan sejarah peradaban Islam di Indonesia, apalagi peran para wali yang tergabung dalam Wali Songo sangatlah berpengaruh. Tak terkecuali wali Allah dari Surabaya yang bernama Sunan Ampel.
Menerapkan metode dakwah yang tidak memaksa, membuat banyak masyarakat Jawa Kuno yang masih animisme akhirnya menjadi mu’allaf. Telaten, sabar, dan tegas menjadi kepribadian yang ingin ditunjukkan oleh Sunan Ampel dalam berdakwah.
Tidak serta merta langsung mengajak, melainkan membuka kesempatan untuk komunikasi dengan lebih luas bersama dengan masyarakat sekitar, sehingga bisa bicara dari hati ke hati.
Sunan Ampel pun berhasil berbaur dengan masyarakat dengan berbagai strata sosial, bukan hanya dengan kaum bangsawan saja, melainkan juga para kaum sudra dan ksatria ( masyarakat menengah dan masyarakat kecil ).
Kisah Sunan Ampel
Bernama asli Raden Mohammad Ali Rahmatullah, kepribadian yang alim dan bijaksana menempel kuat dalam diri Sunan Ampel. Banyak orang yang menyukai beliau, karena pembawaannya yang berwibawa, kalem, dan baik hati.
Lahir dari Rahim seorang ratu dari Kerajaan Champa pada tahun 1401, Sunan Ampel tidak dididik sebagai putra mahkota yang manja. Bahkan pada akhirnya beliau tidak menjadi raja, menggantikan ayahnya.
Di usianya yang masih sangat muda, yakni 20 tahun, Raden Rahmat, nama panggilan Sunan Ampel, memutuskan untuk hijrah atau pindah ke Indonesia. Tempat yang beliau pilih adalah Surabaya, Jawa Timur.
Menurut sejarah, nama lain Sunan Ampel ini juga diambil dari nama China, yakni Bong Swi Hoo.
Ilmu agama yang dimiliki Raden Rahmat bahkan sudah sangat mumpuni di usianya yang masih sangat muda. Maka dari itulah beliau langsung dipercaya oleh Raja Brawijaya, maharaja Majapahit saat itu, untuk menyebarkan ajaran agama Islam di seluruh wilayah Ampel Denta (yang sekarang ada Surabaya).
Raja Brawijaya sendiri pun sudah menjadi muslim, sehingga nggak sulit bagi Sunan Ampel untuk memulai dakwahnya. Dimulai dari dakwahnya di kalangan kerajaan, yakni untuk menyebarkan ajaran Agama Islam kepada abdi dalem kerajaan.
Kemudian Sunan Ampel mendapatkan 12 hektar tanah di Ampel denta untuk dijadikan sebagai pusat dakwah. Karena inilah, maka Raden Rahmat kemudin dikenal sebagai Sunan Ampel.
Hubungan Sunan Ampel dengan Kerajaan Majapait
Mudahnya Sunan Ampel ini masuk ke Tanah Jawa untuk menyebarkan Agama Islam di ampel Denta atau Surabaya yang mana masih dalam wilayah kekuasaan Majapahit ini adalah karena memang raja Majapahit, Prabu Kertawijaya pernah menikah dengan seorang putri dari Kekaisaran Champa.
Dikisahkan bahwa Ibrahim Al-Asmar atau ayah dari Sunan Ampel ini adalah seorang pemuda asli Arab yang dating ke Kekaisaran Champa. Kebaikan hati dan kepandaiannya dalam membawa diri ternyata menarik perhatian kakek Sunan Ampel atau ayah dari Putri Candrawulan.
Bahkan Raja Kunthara, ayah Putri Candrawulan, pun berhasil menjadi mu’alaf tanpa paksaan dari Ibrahim karena beliau merasa tercerahkan dengan ajaran Agama Islam yang dibawa oleh Ibrahim. Raja pun juga membangun sebuah masjid, yang menjadi masjid pertama, yang didirikan di atas Tanah Champa.
Raja sangat mendukung kegiatan dakwah Ibrahim, sehingga semakin banyak penduduk Champa yang mu’alaf. Singkat cerita, kebahagiaan Ibrahim pun lengkap dengan keputusan Raja Kunthara yang menikahkannya dengan putrinya.
Dari Raja Kunthara inilah kalian bisa tahu siapa yang pernah menjadi istri Raja Kertawijaya dari Majapahit, yakni Ratu Martaningrum, putri bungsu Raja Kunthara.
Cerita hubungan antara kekaisaran Champa dengan Majapahit tersebut pun tertulis jelas dalam Buku Babad tanah Djawi.
Lihat juga: 13 Peninggalan Sunan Bonang, Biografi & Sejarah Lengkap
Metode dakwah Sunan Ampel
Perlu kalian ketahui bahwa tujuan awal dakwah Sunan Ampel di Surabaya adalah saat melihat warga masyarakat yang sangat miskin moral pada saat itu. Layaknya jaman jahiliyyah, di mana-mana ada perjudian, sabung ayam, dan segala macam ritual sesaji masih digelar, karena kepercayaan yang masih animisme.
Metode diskusi adalah metode dakwah yang dipilih oleh Sunan Ampel. Bisa dibilang sangat berbeda dengan cara dakwah wali lainnya, yakni dengan pendekatan seni budaya.
Di mana Sunan Ampel sering mengadakan sharing dengan masyarakat sekitar. Kepada masyarakat kelas bawah, beliau lebih ke mengarahkan dan share ilmu baru.
Berbeda lagi dengan penanganan kepada masyarakat kelas atas, Sunan Ampel lebih mengedepankan diskusi ilmiah yang full pengetahuan. Jadi, bsia dikatakan metode dakwah Sunan Ampel ini kondisional, disesuaikan dengan situasi dan kondisi.
Meskipun demikian, Sunan Ampel tetap mengedepankan tujuan yang sama walaupun beda pendekatan diskusi saat berbaur dengan masyarakat kelas bawah dan kelas atas.
“Moh Limo” adalah nama metode dakwah Sunan Ampel yang sangat terkenal, yang berasal dari dua kata dalam Bahasa Jawa, yakni kata “moh” yang artinya “tidak atau tidak mau” dan kata “ limo” yang merupakan istilah bilangan “lima”. Jadi artinya adalah tidak mau melakukan 5 hal yang dilarang agama.
“Moh Limo “ ini berisi “Moh Wadon” artinya nggak mau main wanita; “ Moh Mabok “ atau nggak mau mabuk-mabukan atau minum-minuman keras yang haram; “Moh Main” atau tidak mau bermain, dalam hal ini maknanya tidak mau main judi; “ Moh Maling” yang artinya tidak mau mencuri atau jadi maling; dan “ Moh Madat” atau tidak mau mengonsumsi obat-obatan terlarang atau segala macam narkoba.
Kelima metode dakwah Sunan Ampel tersebutlah yang dikenal sebagai ajaran Sunan Ampel yang sangat dikenal dan dijadikan pegangan masyarakat yang akhirnya mu’alaf.
Dalam berdakwah, Sunan Ampel tidak menggunakan media apapun, namun ada juga sumber sejarah yang menyatakan bahwa di awal perjalanan dakwahnya, yakni tepatnya saat melewati Desa Kembang Kuning, Krian, dan Wonokromo. Medianya sangat sederhana, yaitu sebuah kipas rotan.
Sebuah media yang sangat unik, karena kipas tersebut bukan kipas yang biasa kalian pakai lho. Penduduk setempat bisa mendapatkan kipas dari anyaman rotan cantik tersebut dengan cuma-cuma tanpa harus membayar, tapi S&K berlaku.
Penduduk harus mengucapkan lafal syahadat, barulah bisa mendapatkan kipas cantik buatan tangan Sunan Ampel tersebut. Ternyata cara tersebut sukses mengundang banyak penduduk untuk bertemu Sunan Ampel dan bersedia mendengarkan dakwahnya.
Dari situlah semakin banyak penduduk yang masuk Islam, salah satunya adalah Mbah Sholeh yang mengikrarkan dirinya untuk menjadi murid Sunan Ampel. Mbah Sholeh kemudian menjadi marbot masjid yang sangat menjaga kebersihan, sehingga tidak ada setitik debu pun di masjid Sunan Ampel.
Karomah
Uniknya, karomah yang ada pada jaman Sunan Ampel ini tidak hanya terdapat dari kekuatan atau kelebihan Sunan Ampel itu saja, melainkan dari peninggalan-peninggalannya. Salah satunya adalah karomah dari Masjid Ampel yang mana tidak ada kerusakan sedikitpun saat ada pasukan penjajah yang menyerang Surabaya kala itu.
Kaitannya adalah karena pemilihan bahan bangunan yang diambil dari beberapa kota di Jawa Timur. Di mana filosofi Jawa masih kental banget, sehingga mempengaruhi ruh benda atau bangan bangunan yang dipilih, karena Sunan Ampel juga tidak sembarangan dalam memilih bahan bangunan yang dipakai, utamanya kayu.
Karomah yang dimiliki oleh masjid Sunan Ampel ini mendatangkan ribuan jama’ah di bulan Ramadhan. Para jama’ah datang dari berbagai penjuru negeri untuk merasakan ketenangan dalam menjalankan ibadah puasa dan ibadah lain di bulan Ramadhan.
Selain itu, ada karomah lain dari Sunan Ampel yakni tentang ucapannya yang mujarab terhadap salah satu muridnya, yakni Mbah Sholeh. Beliau mengtakan bahwa Mbah Sholeh dapat hidup sebanyak 9 kali.
Suatu hari Mbah Sholeh pun dipanggil menghadap Allah SWT dan makamnyapersis berada di depan masjid Ampel.
Karena Mbah Sholeh yang rajin, masjid Sunan Ampel selalu terjaga kebersihannya sehingga ketika dia sudah meninggal tidak ada yang bisa membersihkan masjid sebersih yang dilakukan Mbah Sholeh.
Benar saja, karomah terjadi. Sunan Ampel tidak sengaja mengatakan kalau seandainya Mbah Sholeh masih hidup, pasti masjid akan sangat bersih seperti saat Mbah Sholeh yang jadi marbot.
Allahu alam, Mbah Sholeh hidup lagi dan kembali membersihkan masjid seperti kegiatan rutinannya. Semua orang terheran-heran.
Namun selang beberapa bulan, Mbah Sholeh meninggal. Dia dimakamkan kembali di depan masjid dengan makam yang berbeda dari yang pertama.
Terulang lagi perkataan Sunan Ampel seperti sebelumnya, dan tiba-tiba Mbah Sholeh sudah ada di takmir masjid dan membawa alat untuk bersih-bersih masjid. Begitulah seterusnya hingga 9 kali jumlahnya.
Ada 9 makam Mbah Sholeh yang ada di kompleks masjid Ampel ini karena setiap kali hidup lagi dan ketika meninggal dibuatkan makam baru.
Selain dari Mbah Sholeh, karomah lain juga berasal dari murid Raden Rahmat yang bisa melihat Ka’bah langsung dari masjid Ampel. Dia adalah Mbah Bolong.
Baca juga: Sunan Drajat : Biografi, Metode Dakwah, Karomah, Karya
Keturunan
Melihat dari nama asli Sunan Ampel, pastinya beliau masih berdarah biru. Ya betul memang beliau masih keturunan raja.
Namun bukan kerajaan dalam negeri, melainkan keturunan dari Kamboja, yakni Kerajaan Champa. Tepatnya, ayah beliau adalah raja Champa yang menetap di Tuban, Jawa Timur, bernama Raja Ibrahim Asmarakandi.
Silsilah keturunan Sunan Ampel ini juga disebutkan dalam kitab Ahla al-Musamarah di dalam Hikayat al-Auliya’ al-Asyrah yang ditulis pada tahun 1420 H bahwa Sunan Ampel adalah seorang putra dari Ibrahim al-Samarqandi atau Sayid Ibrahim al-Asmar dengan ibunya yang bernama Putri Candrawulan.
Nah ibunda Sunan Ampel ini adalah putri dari Kekaisarana Champa, Kamboja, yang juga sudah beragama Islam.
Sunan Ampel atau Raden rahmat ini bukan putra semata wayang, melainkan memiliki 2 saudara kandung. Beliau adalah anak kedua, diantara kakak laki-lakinya yang bernama Raden Santri atau nama panjangnya Ali al-Murtadha dan adik perempuannya yang bernama Sayidah Zainab.
Sunan Ampel ini juga memiliki silsilah keturunan langsung dari Nabi Muhammad, yakni dari garis silsilah keluarga sang ayah. Di mana Ibrahim Al-Samara, ayah Sunan Ampel, adalah keturunan ke -9 dari Nabi Muhammad.
Jadi, Sunan Ampel adalah keturunan ke-10 dari Nabi Muhammad ya. Berikut adalah silsilahnya :
Wafat
Sunan Ampel tutup usia di usia kurang lebih 80 tahun, yakni pada tahun 1481. Beliau meninggalkan berbagai pelajaran hidup yang berharga, bukan hanya masalah cara beriman tetapi juga cara hidup bersosial.
Masjid yang dibangunnya samapi sekarang banyak didatangi orang dari manapun untuk beribadah dan mengagumi arsitekturnya yang penuh dengan makna.
Makam
Sunan Ampel dimakamkan di kawasan Ampel Denta, tepatnya di depan masjid sebelah kanan. Makam Sunan Ampel ini banyak dikunjungi oleh peziarah dari dalam maupun luar negeri.
Kemashuran Sunan Ampel memang menjadi hal yang menarik bagi para peziarah karena berkat perjuangan beliau lah Agama Islam bisa berkembang di Tanah Jawa.
Para peziarah yang berasal dari luar negeri yang datang tersebut adalah dengan alasan karena Sunan Ampel ini merupakan putra mahkota dari kerajaan Champa. Perwujudan penghormatan mereka yang sangat besar kepada Sunan Ampel yang juga menjadi pejuang Agama Islam dunia.
Bahkan dijelaskan juga kalau bibi dari Sunan Ampel ini adalah istri dari Kekaisaran Ngerum, Turki yang bernama Sayidah Ashfa. Dia adalah adik dari ayah Sunan Ampel. Jadi, nggak heran kalau banyak wisatawan dari Turki yang berziarah ke makam Sunan Ampel.
Baca juga: Sunan Muria: Sejarah, Karomah & Peninggalan
Peninggalan & Karya:
1. Masjid Sunan Ampel
Peninggalan Sunan Ampel yang menjadi masjid tertua ketiga di Indonesia ini sangat terkenal dan banyak dijadikan sebagai salah satu dari tempat penting yang wajib dikunjungi saat melkukan wisata rohani, seperti para rombongan ziarah wali.
letaknya di ibukota Jawa Timur, yakni Surabaya yang mana jadi satu dengan kompleks makam Sunan Ampel. Alamat lengkapnya adalah di Jalan Ampel Suci No. 45, Desa Ampel, Kecamatan Semampir, Surabaya, Jawa Timur.
Kalau kalian pengen kesana, nggak usah bingung. Cuma 2 km saja dari Jembatan Merah Surabaya yang terkenal itu.
Tepatnya pada tahun 1421 M masjid ini dibangun oleh Sunan Ampel yang dibantu oleh para santri-santrinya serta sahabat-sahabatnya, yakni Mbah Sonhaji dan Mbah Saleh. Mereka saling bahu membahu membangun tempat ibadah yang memiliki luas 180 m x 120 m ini.
Arsitektur masjid ini sangat khas, karena ada campuran gaya Jawa dan Arab ditambah dengan kemasan ukiran khas Hindu-Buddha. Semua tema berbaur menjadi satu dan menghasilkan keindahan tersendiri bagi masjid Ampel ini.
Pemilihan bahan-bahan bangunannya pun nggak sembarangan. Di mana bahan-bahan bangunannya pun tidak hanya diambil dari barang lokal saja ( di dalam wilayah Ampel ), melainkan juga didatangkan dari berbagai kota di Jatim
masjid peninggalan Sunan Ampel ini bukan hanya dikenal di dalam negeri saja, melainan juga terkenal hingga manca Negara. Terbukti banyak wisatawan dari berbagai Negara sering datang, yakni dari Brunei Darussalam, Malaysia, Belanda, Filipina, Saudi Arabia, Korea, Jepang, Selandia Baru, Yunani, China, Prancis, Italia, Jerman, dan banyak lagi yang lainnya.
2. Masjid Rahmat Kembang Kemuning
Ternyata bukan hanya Masjid Ampel saja yang menjadi peninggalan Sunan Ampel, melainkan juga Majid Rahmat Kembang Kemuning. Ini adalah masjid yang juga didirikan oleh Sunan Ampel untuk mendukung kegiatan dakwahnya.
Awalnya bukan masjid besar, melainkan hanya mushola atau semacam surau, karena Sunan Ampel harus membuka lahan hutan untuk membangun masjid ini.
3. Makam Sunan Ampel
Jejak wisata rohani ke Masjid Ampel harus dilengkapi dengan menziarahi makam Sunan Ampel yang letaknya persisi di sebelah barat masjid.
Makam Raden Rahmat ini tidak sendirian, melainkan berjajar dengan istrinya. Ada juga lima makam lainnya yang ada di dalam satu pagar dengan makam beliau.
Yang membedakan makam Sunan Ampel dengan makam lainnya adalah bahwa di sekitar makam beliau ada pasir putih.
4. Pesantren Sunan Ampel
Selain membangun masjid, Sunan Ampel juga membangun sebuah pesantren yang sansangat terkenal hingga kini. Sama pentingnya dengan masjid Sunan Ampel, pesantren Sunan Ampel ini juga wajib dikunjungi saat melakukan perjalanan wisata religi.
Pesantren ini dibangun bersamaan dengan pembangunan masji. Jadi lokasinya nggak jauh dari kompleks masjid.
5. Sumur
Air dalam sumur ini dipercaya mirip dengan air zam-zam yang ada di Tanah Suci. Namun sayangnya sudah tidak bsia dilihat karena ditutupi dengan penutup besi.
Tapi tenang, walau tak bisa melihat secara langsung, tetapi kalian masih bisa merasakan airnya yang segar. Telah disediakan gentong atau tempat penampungan air dari tanah liat yang sudah berisi air dari sumur tersebut sehingga para peziarah bisa mencicipi air untuk diminum, dibawa pulang, cuci muka, atau lainnya.
6. Kampung Arab
Bisa dibilang memang wilayah Ampel ini dikenal penduduknya yang keturunan Arab. Populasi mereka hampir tersebar di sekitar masjid Sunan Ampel, sehingga kalian bisa sekalian belanja di sana.
Suasana Timur Tengahnya Indonesia sangat cocok disematkan pada Kampung Arab di sini karena dalam sekali berkunjung, bisa beribadah di masjid Ampel, ziarah makam Sunan Ampel, dan belanja.
Pakaian, makanan, dan minuman yang dijajakan di Pasar Arab di Ampel ini pun khas Timur Tengah. Jadi nggak perlu jauh-jauh hunting barang khas Arab ke Arab Saudi.
7. Nadzir
Peninggalan yang satu ini bisa dibilang unik, karena berupa pengurus masjid Ampel. Di mana perkumpulan belum lama dibentuk, yakni mulai tahun 1970.
Tugas nadzir ini adalah mengurusi semua hal tentang situs sejarah Islam ini, sehingga bukan hanya masjid saja, melainkan juga makam Sunan Ampel.
Almarhum Kyai haji Muhammad bin Yusuf menjadi nadzir pertama untuk Majid Ampel ini. Kemudian diteruskan Kyai Haji Nawai Muhammad.
Sampai pada tahun 1998, tidak ada lagi nazir masjid Ampel. Bukan berarti Masjid Ampel nggak ada yang mengurusi lagi ya, karena sekarang yang menjadi nadzir Masjid Ampel adalah Kyai Haji Ubaidillah.
Sunan Ampel merupakan salah satu personil Wali Songo yang telah berjasa menyebarkan ajaran Agama Islam di Tanah Jawa yang ternyata bukan orang Indonesia. Beliau adalah wali Allah yang keturunan Kamboja dan Arab.
Lihat juga: Sunan Kudus : Biografi, Silsilah, Ajaran & Peninggalan
Latar belakang keturunan tersebut menyertainya dalam berdakwah, sehingga menciptakan peninggalan sejarah dengan karakter yang khas, yakni berupa Masjid Sunan Ampel dengan gaya arsitektur Arab yang kental. Ditambah lagi dengan adanya Kampung Arab yang tidak lain tidak bukan adalah masih keturunan Sunan Ampel.
Sunan Ampel juga menjadi pemimpin dari para wali yang tergabung dalam Wali Songo. Di mana beliau memiliki kepribadian yang spesial dengan metode dakwah yang bisa memadukan antara religion, social, dan knowledge.
Leave a Reply